SDT

SELAMAT DATANG!!! Jiwa muda dalam pembangunan Mandah kedepan...

- Sepatah kate dari Penulis-

Anak raje mendayong sampan;

Sampan didayong kenegri jiran;

Mari bersame bersambot tangan;

Demi kemajuan Mande kedepan.


Ke negri jiran membeli kain;

Kain di pakai buat pergi menjale;

Dengan dukungan tuan dan puan;

Kirenye Mande makin berjaye.


Balek menjale membawe ikan;

Ikan di dibakar disimpang empat;

Kirenye sudi puan dan tuan;

Memberikan masokan dan juge nasihat.


Ikan dimasak menggunekan lade;

Lade ditumbok bercampur gule;

Demikianlah sepatah kate dari hambe;

Dengan berharap mande semakin jaye.

Selasa, 15 Desember 2009

JANGAN BIARKAN HUTAN MANGROVE JADI KENANGAN

Telah lama penulis ingin menulis sesuatu mengenai Hutan Mangrove yang dewasa ini banyak sekali kita lihat bahwa pertumbuhannya terusik oleh tangan-tangan liar yang tidak bertanggung jawab serta mengakibatkan dampak yang begitu besar bagi ekosistem perairan. Alhamdullillah dengan adanya media ini barulah terwujud cita-cita penulis meluahkan apa yang penulis pikirkan sejak dulu.
Dulu sewaktu penulis masih mengenyam pendidikan di mande (red Kecamatan Mandah), penulis selalu melihat banyaknya penebangan liar tanpa melihat dampak yang dihasilkan sehingga membuat ekosistem mangrove tersudutkan. Hal itu diamati penulis ketika banyaknya aparat penegak hukum yang seharusnya melindungi malah ikut-ikutan dalam pengerusakan tersebut. Biasanya didalam menjalankan misi dalam pembabatan hutan mangrove, aparat penegak hukum mengandalkan pihak lain yang nota bene berasal dari masyarakat yang kurang mampu dengan mengiming-imingkan harga kayu yang begitu fantastis sehingga masyarakat terpengaruh dan bersedia mengumpulkan hasil semaksimal mungkin demi tercukupi keperluan dapur mereka masing-masing. Sebenarnya Masyarakat harus tau bahwa perbuatan tersebut bisa berakibat fatal yang mana salah satu contoh: pada tahun 1995 pernah dilaporkan terjadinya abrasi pantai sepanjang 15 Km di Aceh, yang mengikis wilayah daratan sampai mencapai 100 m (Harian Kompas 23 Des ’01). Pulau Jawa kawasan Cirebon, Indramayu, dan Probolinggo juga mengalami hal yang sama. Di Indramayu (Jawa Barat), luas areal pantai yang terabrasi lebih dari 2000 ha, tersebar di 7 kecamatan dan 28 desa, dengan tingkat abrasi mencapai 10 m per tahun. Sudah banyak bukti yang dikumpulkan dan dampak yang dihasilkan sehingga penulis berharap kiranya hal ini tidak berdampak pada Kecamatan Mandah kedepan.
Saat ini banyak kepentingan manusia yang menyebabkan kehidupan kawasan mangrove tertekan, misalnya kepentingan industri dan perumahan. Untuk itu, diperlukan suatu penanganan kawasan mangrove dengan pengelolaan yang benar-benar memperhatikan lingkungan dan kehidupan manusia itu sendiri. Banyak kebutuhan manusia yang berasal dari kawasan mangrove, mulai dari hewan perairan sampai dari daratan mangrove; dari yang berupa kepiting bakau, perakaran pohon-pohonan, sampai pohon-pohonan itu sendiri.
Sebenarnya kasus yang menimpa di Kecamatan Mandah bukanlah sepenuhnya berasal dari kesalahan masyarakat hal ini juga terjadi akibat kurangnya kontrol yang diberikan oleh pemerintah daerah terhadap kelestarian hutan mangrove itu sendiri. Pemerintah seharusnya mengadakan sosialisasi kepada masyarakat dengan memberikan penjelasan betapa pentingnya hutan mangrove bagi perkembangan kehidupan manusia kedepan serta pemerintah juga mengadakan penyuluhan yang dilakukan dengan rutin agar masyarakat awam mengerti betapa pentingnya mangrove bagi mereka dan juga bagi ekosistem laut serta Pemerintah Daerah sebaikya memberikan tindakan yang tegas jika aparatnya terbukti sebagai otak dibalik kerusakan tersebut.
Untuk diingat sekarang banyak sekali hutan mangrove di kawasan Mandah hilang ini terlihat dari kejadian alam yang menipa seperti Banjir yang tiap tahunnya volume air selalu bertambah naik kepermukaan daratan dan menggenangi jalan-jalan kecil di mandah. Seharusnya masyarakat sadar akan hal tersebut. Kini kita kembali kepengalaman penulis sewaktu kecil yang mana ada sebatang pohon durian dibelakang rumah yang pada musimnya memberikan buah yang begitu manis sehingga ramai yang datang memintanya. Sekarang pohon tersebut telah rata oleh tanah habis disapu oleh banjir. Melihat cerita tersebut, dapat kita simpulkan bahwa permukaan tanah yang kita “pijak” di Mandah tersebut sudah menyusut drastis ini diakibatkan oleh pengerusakan terhadap hutan Mangrove tersebut.
Mengingat beberapa fungsi dan manfaat penting kawasan mangrove, perlu di terapkan atau digalakan perinsip save it (lindungi), studi it (pelajari), dan use it (manfaatkan). Semua itu tentu memerlukan koordinasi antara stakeholders dan masyarakat disekitar kawasan Mandah maupun para pencinta lingkungan, terutama kalangan akademisi. Untuk itu, diperlukan faktor-faktor pendukung agar pemanfaatan kawasan mangrove berjalan sesuai dengan tujuan pengelolaan mangrove yang lestari, yaitu tekhnologi, diversifikasi pemanfaatan upaya sustainable, dan pengelolaan terpadu.
Akankah generasi kedepan harus rela tanah mereka yang lambat-laun akan berubah menjadi lautan?? Akankah kita rela orang lain mengambil tanah kita sementara kita mengalami musibah tiap tahunnya?? Dan mungkin Kecamatan Mandah pada generasi yang akan datang sudah hilang dan hanya tinggal namannya saja?? Pasti jawabanya “TIDAK”. Untuk itu dari sekarang mari kita bersama-sama menjaga hutan kita agar anak cucu kedepannya bisa merasakan nikmatnya hidup di tanah kelahiran mereka sendiri. Saya mengharapkan agar kita bisa menghimpun masyarakat membuat suatu “Gerakan penanaman 1000 Bakau Untuk Menyelamatkan Generasi Mandah Kedepan” (semoga hal ini dapat terwujud.... amin).

1 komentar:

  1. jika smua brfikiran sprti u bro,w jamin bumi riau akan tetap hjau n lestarì k anak cucu.
    ayo himbau trus masyarakat mnanam 1000 bakau.

    BalasHapus