SDT

SELAMAT DATANG!!! Jiwa muda dalam pembangunan Mandah kedepan...

- Sepatah kate dari Penulis-

Anak raje mendayong sampan;

Sampan didayong kenegri jiran;

Mari bersame bersambot tangan;

Demi kemajuan Mande kedepan.


Ke negri jiran membeli kain;

Kain di pakai buat pergi menjale;

Dengan dukungan tuan dan puan;

Kirenye Mande makin berjaye.


Balek menjale membawe ikan;

Ikan di dibakar disimpang empat;

Kirenye sudi puan dan tuan;

Memberikan masokan dan juge nasihat.


Ikan dimasak menggunekan lade;

Lade ditumbok bercampur gule;

Demikianlah sepatah kate dari hambe;

Dengan berharap mande semakin jaye.

Senin, 21 Juni 2010

“KEMISKINAN BUKAN UNTUK MANDAH”

“Awak ni apelah ade wai ai, lah hidop misken anak pon tak de yang sekolah.....” begitulah kira-kira yang di ucapkan "Wak Atan" ketika penulis menanyakan pendidikan terakhir yang pernah ditempuh oleh anaknya.
Mandah merupakan sebuah Kecamatan yang di apit antara Riau daratan dan Riau kepulautan yang mana sebagian besar mata pencaharian penduduk-nya berasal dari Nelayan dan Kopra. Masyarakat Mandah mempunyai bermacam-macam suku bangsa Mulai dari Melayu, Bugis, Jawa, Banjar, dan lain sebagainya. Selain itu, air pasang yang tiap tahunnya selalu membuat ternak serta perkebunan kecil lainnya (Lada, dls) habis di sapu tanpa meninggalkan sisa-sisa kehidupan lagi. Melihat kondisi seperti ini, wajar saja masyarakat Mandah banyak yang merantau agar bisa menafkahi keluarga yang ditinggalinya.
Melihat sekilas kondisi Kecamatan Mandah diatas, banyak yang menilai bahwa penduduk Kecamatan Mandah masih di bawah garis kemiskinan. Pertanyaan sekarang adalah “apakah hal tersebut benar adanya”??
Orang yang tidak mampu biasanya di sebabkan oleh bermacam-macam penyebab, diantaranya : Faktor alam, bukan alam, atau gabungan keduanya (Dheyna Hasiholan, dkk, 2007: 4). Faktor alam menjelaskan, orang tidak mampu dikarenakan alam tempat orang itu bermukim. Alam sudah tidak mampu menyediakan bahan makanan yang diperlukan untuk di olah menjadi makanan. Laut tidak lagi menyediakan ikan untuk di makan, tanah tidak lgi menyediakan lahan subur untuk bercocok tanam dan hutan tidak lagi menyediakan binatang buruan (faktor ini berkaitan dengan ketersediaan bahan makanan). Faktor non alam menjelaskan bahwa bahan makanan yang diperoleh berasal dari orang lain bukan dari alam untuk memperolehnya di butuhkan uang dan untuk mendapatkan bahan makanan, seseorang harus membayar dengan uang. Saat ini, sebagian besar bahan makanan di produksi, dan semua produksi membutuhkan biaya. Karna itu semua hasil produksi ada harganya (faktor ini berkaitan dengan kemampuan membeli bahan makanan).
Nah, dari uraian diatas, dapat kita simpulkan bahwa masyarakat Mandah belum tersentuh dari kemiskinan. Kenapa dikatakan demikian? Ini didasari bahwa hasil laut yang melimpah, serta hasil perkebunan Kelapa yang cukup memadai, tinggal bagai mana masyarakat kita mengelolannya. Untuk itu, agar kedepannya masyarakat kita (red-Mandah) dapat bertahan hidup serta bersaing dengan masyarakat lainnya, ada beberapa hal yang perlu di perhatikan:
1.Jaga hutan kita; ini dikarenakan masyarakat kita mengandalkan Kopra sebagai penunjang kehidupan kedepan. Perlu diketahui akibat hutan yang rusak, air laut melebar ke daratan dan mengenangi permukiman penduduk. Selanjutnya air tersebut membuat permukaan tanah menyusut, sehingga tidak adanya lg tempat untuk bercocok tanam dan membuat mata pencaharian masyarakat kita menurun.
2.Jaga laut kita; laut merupakan warisan yang sangat “vital”, ini menyangkut sejak dari dulu masyarakat kita bergantung dari hasil laut. Untuk itu, saran yang tepat dari penulis adalah hindari pembuangan limbah yang sangat membahayakan biota laut dan pergunakan alat tangkap yang tidak beresiko bagi kehidupan bawah laut.
(Bangkit dan mulailai dari sekarang untuk kemajuan mandah kedepan).

5 komentar: