Delapan tahun yang lalu tepatnya
pertengahan tahun 2008 ketika Saya sedang menempuh Pendidikan di Institut Pemerintahan
Dalam Negeri (IPDN) Jatinangor (Jawa Barat), saya diminta oleh Alm Ayah (H. Abd
Malik) untuk bertemu dengan Seorang Tokoh Masyarakat Riau H. M AKIL, BA di
jakarta yang juga mempunyai tali persaudaraan dengan Bapak saya di Daerah
Menteng Jakarta Pusat. Waktu itu umur saya masih muda sehingga untuk menemui
orang “besar” saya merasa ragu apalagi mendengarkan nama besar beliau dari
mulut kemulut membuat langkah saya sedikit tertahan maklum anak desa mau
menghadap pasti ada sedikit perasaan sungkan. Pendek cerita, tibalah pada masa
yang tepat dan akhirnya saya memberanikan diri untuk menghadap dengan mengantongi Surat Izin dari Kampus Saya pun berangkat dengan menaiki
Bus jurusan Jatinangor – UKI waktu itu saya belum begitu paham Kota Jakarta
apakah Bus yang saya tumpangi memang betul arahnya kesana apa tidak. Tibalah
berhenti di depan UKI saya pun turun langsung mencari mobil Taxi menujun ke
arah menteng. Di perjalanan ke arah menteng, mobil taxi yang saya tumpagi mogok
di jalan berhubung saya mau cepat, saya pun memutuskan untuk menaiki sebuah
bajaj yang sedang melintas di jalan. Beberapa saat kemudian, sampailah saya di
kawasan elit menteng dan menemui sebuah rumah besar yang bangunanya sedikit tua
tapi tegap dengan dikelilingi bunga-bunga yang bermekaran disitulah rumah
Kediaman H. M Akil. Saya di sambut oleh seorang pria dengan rambut sudah putih
menatap saya dari depan rumah dengan tersenyum lebar sambil berujar “kenapa
menggunakan bajaj, dengan sedikit lelah saya ceritakan kronologis yang terjadi
kepada beliau. Beliaupun terangguk-angguk kecil tanda memahami, Taulah saya
jika yang menyambut saya itu adalah H.M akil beliau berbicara pelan tetapi
ramah, saya pun disuruh untuk masuk sembari mengantarkan ke kamar yang berada
di pojok belakang.
Hari sudah magrib, adzan
berkumandang beliau datang melihat saya di kamar sembari membawakan sajadah
dengan nada kecil keluar dari suaranya “boy, solat lagi ini sajadah”. Ya pak
busu (panggilan saya ke beliau) ini saya mau solat. Selesai solat datang seorang
pembantu rumah tangga menggedor Pintu Kamar memaggil “Pak boy, ditunggu bapak
(H.M Akil) di meja makan, saya pun bergegas menghampiri beliau untuk makan
bersama tetapi apa yang terjadi, beliau tidak makan melainkan memakan ole-ole
yang saya bawa dari Bandung, dalam hati saya terpana melihat beliau begitu
menghargai pemberian seseorang walaupun yang dibawa Cuma ole-ole yang tidak
seberapa harganya.
Makan malam pun usai, saya diajak
duduk di Ruang Tamu sambil melihat berita terkini di Televisi sesekali beliau
menanyakan Keadaan Pendidikan hingga berbicara pergerakkan mahasiswa dan juga
bicara politik. Kalau saya perhatikan obrolan kami, begitu banyak dan besar
perhatian beliau dicurahkan untuk negeri terlebih-lebih terhadap perkembangan
Riau terkini. Didunia politik beliau memang “Kuning” sejati terlihat begitu
semangat membicarakan Partai tersebut kepada saya, saya akui saya memang suka
berbicara masalah politik dengan siapapun terlebih-lebih orang-orang yang betul
paham dan telah lama mengabdikan diri di dunia politik (padahal saya seorang
birokrat yang sebenarnya tetap menjaga netralitas). Begitu banyak pembicaraan
kami malam itu tibalah malam menunjukan pukul 22.00 WIB beliau pamit untuk
tidur, sebelum beliau kekamar beliau memberikan sebuah buku setebal 175 halaman
menyuruh saya untuk membaca dan sayapun menyabut dengan semangat maklum saya
hobi baca buka apalagi ketika membaca judul buku yang diberikan mengenai Konflik Timur tengah makin semangatlah saya ingin membacanya.
Hampir subuh buku tersebut habis
saya baca, dan saya pun tertidur hingga tersadar bangun pagi pukul 08.00 wib
saya cuci muka lalu kedepan melihat beliau lagi olah raga ringan di depan rumah
sembari menyindir kecil “baru bangun boy?” dengan nada malu saya bilang “ya pak
busu habis tadi malam baca buku yang pak busu beri”, “terus dah sampai dimana
bacanya?” Saya bilang “sudah habis pak busu” dengan sedikit mengerutkan kening
beliau berujar “habis!!, cepat bacanya? Semoga kedepan kamu bisa jadi orang
besar, amin” mendengar itu sayapun mengamini. Haripun beranjak siang ketika
habis mandi saya duduk santai dibelakang kebetulan ada taman. Sesaki menghisap
rokok, datang lagi pegawai rumah tersebut menghampiri saya beliau berujar “pak
boy, ditunggu Bapak” saya pun bergegas kedepan ketika sampai di depan saya
melihat beliau lagi duduk dengan salah satu pembesar negeri ini dan beliau
mempersilahkan saya duduk sembari memperkenalkan saya kehadapat pembesar
tersebut. Sebenarnya dalam hati saya berpikir kapasitas saya duduk disini apa
ya? Tetapi baru saya sadari begitulah beliau memposisikan orang dengan tidak
melihat siapa anda dan dari mana anda, tapi saya pribadi berpikir inilah proses
pembelajaran yang di ajarkan oleh beliau terbukti dengan cara beliau tidak
sedikit banyak yang berhasil berkat “tangan beliau”, satu kata luar biasa.
Izin Luar saya pun berakhir dan
saya pamit, begitu banyak pelajaran yang saya dapati dari beliau terutama dari
segi menghargai terhadap orang lain dilanjutkan dengan tidak ada
membeda-bedakan serta beliau merupakan “golkar sejati” dan patut diberikan
penghargaan.
Kini beliau telah berpulang ke rumah ALLAH SWT, semoga beliau diterima
disisinya, amin. Jujur saya akui, beliau merupakan guru saya sekaligus orang
tua dan juga yang mengkaderkan saya hingga seperti sekarang ini. Patut diketahui beliau juga merupakan Ketua Badan Pekerja Pemekaran
Kabupaten Inhil Utara dan itu merupakan sedikit sumbangsih yang diberikan dan
banyak lagi pemikiran-pemikiran yang beliau berikan untuk Riau khususnya
Kabupaten Indragiri Hilir, selamat jalan pak busu (H. M. Akil, BA) insya allah
perjuang umtuk Kampung Halaman akan tetap diteruskan.